Senin, 08 Maret 2010

Meskipun Hanya Setangkai Rumput Pusara

Penulis: Kg. Eno

Saat pulang mengajar di SD, aku melewati jalan setapak di sebuah hutan bambu yang tak jauh dari sekolahku, perjalanan kaki sekolah - rumah itu memakan waktu 35 menitan atau jarak tempuh sekitar 1 Km-an. Jalan setapak hutan itu aku tempuh dengan mantap walaupun kadang berpapasan dengan ular, kalajengking dsb. tetapi perjalanan itu sungguh menyenangkan karena disaat-saat yang tepat aku juga bisa berpapasan dengan burung-burung hutan nan indah atau hanya sekedar mendengar suaranya yang merdu dari kejauhan di balik rimbunnya semak-semak hutan. Keluar dari jalan hutan, terbukalah pemandangan nan indah, pesawahan yang cukup luas di tambah pemandangan para petani desa yang sedang mencangkul sawah, memanen padi, palawija, atau kadang melihat anak-anak kampung sedang asyiknya mengurek belut (makanan favourit orang kampung berkadar protein tinggi), sungguh semuanya menyenangkan. Sebelum sampai ke rumah aku teringat akan pusara ibuku, sehingga aku berbelok di simpang jalan dan mampir dulu ke makam ibuku yang tak jauh dari simpang jalan setapak itu, namanya TPU Telar Panjang, aku bersihkan makam itu dari rumput-rumput dan dedaunan yang berserakan, selesai bersih-bersih aku panjatkan doa dan kemudian lekas pulang karena mungkin waktu itu waktu dzuhur sudah menghampiri juga. Sesampaimya di rumah, aku merenungi kegiatan sederhanaku saat-saat mencabut rumput di makan tadi, waktu itu rumput kecil-kecil aku cabut dengan dua cara, pertama, aku cabut dengan hentakan yang cukup kuat dan hasilnya rumput itu patah dibagian batang sedang akarnya tidak tercerabut sama sekali, kemudian aku coba cara kedua, yaitu dengan mencabut rumput secara pelan-pelan tapi pasti dan hasilnya sungguh memuaskan, rumput itu tercerabut sampai ke akar-akarnya tanpa mengeluarkan tenaga yang cukup besar. Dari kejadian sederhana itu aku bisa mengambil hikmahnya bahwa dalam menghadapi permasalahan-permasalan hidup ini, janganlah kita terlalu over action karena keyakinan akan mudahnya pemecahan masalah, tetapi haruslah kita cerdas dalam memahami objek masalah itu sendiri meskipun kelihatannya cukup sederhana. Maksudnya, seandainya masalah itu sederhana, cukuplah selesaikan dengan cara yang sederhana saja jangan mengeluarkan kekuatan penuh karena mengira akan entengnya menyelesaikan masalah, padahal justeru mengeluarkan banyak energi dan hasilnya tidak optimal, tetapi yang benar selesaikanlah masalah dengan cerdas, efektif dan efisien, proporsional, sesuaikan dengan situasi kondisi yang ada….
(hanyalah sebuah renungan, aku juga masih belajar…dibalik bilik. IGNA Net, Maja Selatan, 9 Maret 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar