Kamis, 12 November 2009

Tentang Perasaan Wanita

Penulis: Hanifa
Suatu saat temanku seorang akhwat bercerita dengan sedihnya, ada seorang laki-laki datang kerumah bertemu orang tua dengan tujuan ta’aruf, kemudian tiba-tiba dengan alasan belum siap, memutuskan tidak jadi berproses dengan temanku itu. Ketika ditanya kalau tidak ada keseriusan kenapa sampai datang ke orang tua, dia hanya menjawab ‘kan cuma silaturahim’…olala…remuk redam perasaan si akhwat, bukan hanya kecewa tapi bingung bagaimana menjelaskan ke orang tuanya. Terlepas dari masalah bukan jodoh, tapi ada perasaan wanita dan perasaan orang tua yang terluka dengan kejadian ini, kalau belum berniat serius, kenapa sih harus melibatkan keluarga.
Teman yang satu lagi, lain lagi masalahnya, saat ini sedang berproses dengan seorang laki-laki. Hampir setiap hari si laki-laki kirim sms romantis, keduanya sudah saling mengenal dengan baik, sering membicarakan ke arah pernikahan, bahkan secara tidak langsung ingin dikenalkan dengan keluarganya. Herannya belum berani membuat komitmen kapan akan segera mewujudkan sebuah keluarga, padahal dari sisi usia, keduanya sudah sangat pantas untuk menikah. Temanku tentu saja kebingungan karena si laki-laki seperti benang layangan, tarik ulur mengikuti arah angin, tidak ada kejelasan mau dibawa kemana hubungan ini. Lagi-lagi ada hati wanita yang kecewa.
Sebenarnya, sebuah proses menuju pernikahan itu adalah suatu proses pengambilan keputusan. Waduuuh kaya mata kuliah manajemen aja yah ada pengambilan keputusan ^_^. Proses awal adalah proses pengenalan dan sisanya adalah proses mengambil keputusan. Tetapi kadang saking semangatnya dalam proses mengenal ada yang terlupakan bahwa secara langsung atau tidak langsung ada sebuah ‘perasaan’ disana. Perasaan seorang wanita yang begitu lembut dan halus (kaya’ tepung terigu ^_^) . Itu bila tidak sampai melibatkan orang tua, tetapi kalau orang tua sudah sampai terlibat jauh, maka akan ada beberapa perasaan lagi yang ikut ambil bagian. Terkadang para laki-laki (yang biasanya menentukan keputusan) agak kurang mempertimbangkan masalah ini. Tidak berani membuat komitmen tetapi sudah mengobral kata-kata indah, masih ragu dan bimbang tetapi sudah melibatkan orang tua. Seperti halnya perang, berproses menuju pernikahan pun butuh strategi supaya kelak tidak ada yang merasa kecewa.
Penikahan buat orang yang belum menjalani mungkin bisa jadi hal yang rumit, membingungkan, dan ragu-ragu dalam menghadapinya, tul gak pren….. Ada banyak factor kenapa laki-laki bersikap demikian, salah satu yang paling mendominasi adalah perasaan tidak yakin. Ya….tidak yakin apakah pernikahannya kelak akan membawa kebahagiaan, apakah wanita pilihannya adalah orang yang tepat, bagaimana kalo ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sungguh, perasaan-perasaan itu adalah godaan setan supaya kita tidak terlalu yakin dengan Allah. Usaha, berdoa dan bertawakal adalah hal maksimal yang bisa manusia lakukan dalam kehidupan ini. Tentang hal-hal apa yang akan kita hadapi nanti adalah perkara sunatullah bahwa hakekatnya setiap manusia akan selalu diuji. Yang terpenting buat para laki-laki yang masih ragu dalam melangkah adalah keyakinan penuh bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat hambaNya. So……mulailah melangkah ^_^
Sumber: http://birumuda.multiply.com/

baca selengkapnya......