Jumat, 04 Maret 2011

Tiga Ciri Orang Ikhlas

Tazkiyatun Nufus
Oleh: Mochamad Bugi
Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”Makna Ikhlas Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan Allahu Ghayaatunaa, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.Buruknya Riya Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
baca selengkapnya......

Sabtu, 22 Januari 2011

Waktu-Waktu yang Tepat Untuk Belajar

Nilai ujian anda jelek? IPK anda anjlok? Atau anda tergolong kedalam orang yang susah menerima pelajaran? Semua itu memang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: asupan makanan, pola kehidupan dan pola belajar. Tidak menutup kemungkinan jika anda bisa memperbaiki salah faktor anda akan menjadi orang yang selalu mendapatkan nilai ujian yang bagus, IPK anda berkisar 3,5 - 4, atau anda akan tergolong kedalam orang yang mudah menerima pelajaran.

Melalui posting ini, saya akan mencoba menguraikan tentang waktu-waktu yang tepat untuk belajar. Postingan ini saya buat karena terinspirasi dari sebuah buku yang saya baca di perpustakaan sekolah, bukunya berjudul "Belajar Lebih Cerdas Bukan Lebih Keras". Mungkin ada diantara anda yang sudah membaca buku itu. Ok! Mari kita bahas satu per satu waktu-waktu itu.

1. Pukul 02.30 sampai pukul 04.00
Seperti yang kita ketahui, hari itu dimulai dari pukul 00.00 sampai 24.00. Maka dari itu, pembahasan tentang waktu-waktu yang tepat untuk belajar ini diawali dengan pukul 02.30 sampai pukul 04.00. Wah, jam setengah tiga pagi kan masih ngantuk. Benar! Biar tidak ngantuk ada baiknya anda bangun pukul 02.00 lalu dilanjutkan dengan sholat tahajud enam rakaat plus satu atau tiga rakaat shalat witir. Setelah itu barulah anda mulai belajar.
Pada rentan waktu ini kemungkinan terserapnya pelajar bisa mencapai 90%. Ini terjadi karena sunyi dan sepinya keadaan pada waktu itu. Udara pagi yang sejuk ditambah dengan tenangnya keadaan waktu itu menjadikan anda untuk lebih mudah dalam mencerna pelajaran. Kondisi kejiwaan anda yang waktu itu telah mengerjakan shalat tahajud plus witir menambah lagi daya serap. Kalau sudah begitu, materi-materi pelajaran akan mengalir kedalam otak kita, tersimpan rapih dan telah siap jika sewaktu-waktu anda membutuhkannya.

2. Sore-sore setelah mandi
Sehabis mandi sore badan menjadi segar kembali setelah lelahnya beraktivitas. Itulah saat dimana kita bisa belajar dengan kemungkinan terserapnya pelajaran antara 60% - 70%. Manfaatkanlah waktu itu. Untuk menemani anda belajar, anda bisa menyiapkan musik yang anda sukai, cemilan atau secangkir teh yang bisa membuat anda rileks.

3. Pukul 20.00 sampai 21.30
Waktu yang terakhir ini merupakan waktu yang tepat untuk belajar, akan tetapi lebih spesifik lagi yaitu waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas-tugas. Pada rentan waktu ini daya serap anda sudah begitu menurun, anatara 20% - 30%. Banyak sekali godaan yang menghadang pada waktu ini. Acara televisi yang sedang seru-serunya, ngantuk gara-gara kebanyakan makan malam dan lain-lain. Jadi, gunakanlah waktu ini untuk mengerjakan tugas saja jangan terlalu memaksakan untuk menyerap pelajaran.
Tiga waktu yang telah dibahas di atas bisa terasa menfaatnya jika dilaksanakan. Tepatnya, dilaksanakan secara rutin dan teratur. Jangan merasa terbebani saat belajar. Yakinlah bahwa suatu saat nanti, ilmu yang kita pelajari akan memberikan manfaat kepada kita. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin untuk menimba ilmu karena ilmu "teu berat mawana" (tidak berat membawanya).

Sumber: http://ega91.blogspot.com

baca selengkapnya......

Senin, 03 Januari 2011

Sebaik-baik Perpisahan

Oleh "KATA-KATA HIKMAH" pada 04 Januari 2011 jam 7:49

Sahabat Hikmah yang tercinta…

Izinkan saya kembali belajar menulis dan berlatih berbagi lagi….

Dalam sebuah pelatihan di sebuah perkantoran di bilangan Jakarta Timur, saya terkesima..

Beberapa hadirin juga terlihat terpukau dan beberapa tak kuasa menahan tetesan air mata…Suasana memang sangat mendukung sekali..ruangan yang nyaman dan sejuk, diiringi instrumentalia yang sangat lembut sehingga kata kata dari sang Ustadz sungguh menjadi sangat berpengaruh..Teringat, sungguh benar perkataan mulia Rosulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam:"Wa inna minal bayaani lasihran", "Sesungguhnya sebagian dari perkataan itu benar-benar dapat menyihir (memberi pengaruh kuat)." (HR Bukhori, at Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)Paparan yang disampaikan oleh sang Ustadz di kantor (smoga Allah memberikan keberkahan dan pahala melimpah dan menjadikan ilmunya al’ilm yuntafa’ubih bagi beliau) adalah kisah-kisah saat-saat terakhir sebelum baginda wafat. Kisah ini, mungkin sebagian dari sahabat yang pada saat kecil mengaji kitab klasik (kuning) sering mendengarnya…Kisah yang senantiasa menarik bagi pencinta khusnul khotimah..sebaik-baik akhir…kisahnya adalah sebagai berikut ini:Suatu hari Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Mereka berkumpul mengelilingi beliau. ”Wahai para shahabat hari ini, aku tawarkan kepada kalian. Barangsiapa di antara kalian pernah aku sakiti. Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku ( membalasnya ) sahabat hening, tak ada satupun yang mampu bersuara.....Rasul mengulangi lagi perkataannya ” Wahai shahabat, kalau kalian pernah merasa aku sakiti silahkan kali ini saatnya kalian membalasnya...” sahabat makin tertunduk...menangislah mereka...mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah bersama Rasul tercinta akan berakhir....Untuk ketiga kalinya Rasulullah berkata ” Silahkan siapa yang mau mengqishas diriku ”...... Tiba-tiba muncullah Ukasah Radliyallahu 'anhu dan berkata.Umar Radliyallahu 'anhulangsung mencabut pedangnya sambil berkata “ Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah…pedang Umar yang menebas kepalamu kalau engkau berani menyakiti Rosulullah “Baginda yang agung tersenyum “ Biarkan Ukasah ya Umar………. “ Abu Bakar Radliyallahu 'anhu pun maju, sambil berkata “ Wahai Ukasah, Abu Bakar dan keluarganya yang akan menebusnya ya Ukasyah “Akan tetapi Rasul pun melarang Abu Bakar membelanya..” Pada saat aku mengiringi engkau berperang, cambukmu pernah mengenai punggungku ya Rasul..untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya rasul....”. sahabat terdiam menahan amarah................. akan tetapi Rasulullah dengan tersenyum mempersilahkan Ukasah mengambil cambuknya Tidak cukup sampai di situ...Ukasah berkata : ”Ya rasul, dulu sewaktu cambukmu mengenai punggungku...cambukmu saat itu langsung mengenai kulit punggungku, karena punggungku pada waktu itu tidak tertutup kain....untuk itu aku ingin kali ini, punggungmu dibuka juga ya Rasulullah..” sahabat makin geram dengan permintaan Ukasyah. Rasul tetap tersenyum dan kemudian membuka kain yang dikenakannya... Pada saat punggung baginda tercinta terbuka.... maka seketika itu juga Ukasyah menubruk punggung Rasulullah...,kemudian dia memeluk dan mencium punggung yang kemilau itu. Sambil menangis sesenggukan Ukasyah berkata” Wahai Rasul Allah....maafkan aku.....aku hanya ingin memeluk dan mencium tubuhmu untuk yang terakhir kali...dan Aku ingin tetap bersama-sama Engkau Ya Rasul sampai di akhirat kelak." Dan rasul pun berkata ” Doamu Insya Allah dikabulkan Allah wahai Ukasyah ” Dalam kisah yang lain malaikat Izrail pun kemudian datang mengucap salam........serta menyampaikan salam dari Allah swt, bahwa Allah rindu bertemu dengan Rasulullah.malaikat pun minta izin untuk mencabut ruh mulia beliau.............."Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah. Irji’i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah. Fadkhuli fi ’ibadi. Wadkhuli jannatii..."Wahai jiwa yang tenang... Kembalillah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku." ( Qs Al Fajr : 27-30)..Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi ashhabihii ajma'iin Sahabat semua milikilah selalu azam untuk memiliki akhir yang sebaik-baiknya..Semoga kita semua nanti bisa bereuni di salah satu taman dari taman-taman surga-NyaSemoga kita bisa berkunjung, bertatap dan berjumpa wajah dengan orang yang paling kita sayangi, kita cintai Baginda Rosul dan juga para sahabat....Amin 3x.
Mufti Arkan

Sumber:
http://muftiarkan.blogspot.com/2011/01/sebaik-baik-akhir-perpisahan.html
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2011/01/04/sebaik-baik-perpisahan/
http://kata2-hikmah-ofa.blogspot.com/2011/01/sebaik-baik-perpisahan.html

baca selengkapnya......