Kamis, 22 Maret 2012

TEST

TES 22 MARET 2012 baca selengkapnya......

Jumat, 04 Maret 2011

Tiga Ciri Orang Ikhlas

Tazkiyatun Nufus
Oleh: Mochamad Bugi
Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”Makna Ikhlas Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan Allahu Ghayaatunaa, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.Buruknya Riya Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
baca selengkapnya......

Sabtu, 22 Januari 2011

Waktu-Waktu yang Tepat Untuk Belajar

Nilai ujian anda jelek? IPK anda anjlok? Atau anda tergolong kedalam orang yang susah menerima pelajaran? Semua itu memang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: asupan makanan, pola kehidupan dan pola belajar. Tidak menutup kemungkinan jika anda bisa memperbaiki salah faktor anda akan menjadi orang yang selalu mendapatkan nilai ujian yang bagus, IPK anda berkisar 3,5 - 4, atau anda akan tergolong kedalam orang yang mudah menerima pelajaran.

Melalui posting ini, saya akan mencoba menguraikan tentang waktu-waktu yang tepat untuk belajar. Postingan ini saya buat karena terinspirasi dari sebuah buku yang saya baca di perpustakaan sekolah, bukunya berjudul "Belajar Lebih Cerdas Bukan Lebih Keras". Mungkin ada diantara anda yang sudah membaca buku itu. Ok! Mari kita bahas satu per satu waktu-waktu itu.

1. Pukul 02.30 sampai pukul 04.00
Seperti yang kita ketahui, hari itu dimulai dari pukul 00.00 sampai 24.00. Maka dari itu, pembahasan tentang waktu-waktu yang tepat untuk belajar ini diawali dengan pukul 02.30 sampai pukul 04.00. Wah, jam setengah tiga pagi kan masih ngantuk. Benar! Biar tidak ngantuk ada baiknya anda bangun pukul 02.00 lalu dilanjutkan dengan sholat tahajud enam rakaat plus satu atau tiga rakaat shalat witir. Setelah itu barulah anda mulai belajar.
Pada rentan waktu ini kemungkinan terserapnya pelajar bisa mencapai 90%. Ini terjadi karena sunyi dan sepinya keadaan pada waktu itu. Udara pagi yang sejuk ditambah dengan tenangnya keadaan waktu itu menjadikan anda untuk lebih mudah dalam mencerna pelajaran. Kondisi kejiwaan anda yang waktu itu telah mengerjakan shalat tahajud plus witir menambah lagi daya serap. Kalau sudah begitu, materi-materi pelajaran akan mengalir kedalam otak kita, tersimpan rapih dan telah siap jika sewaktu-waktu anda membutuhkannya.

2. Sore-sore setelah mandi
Sehabis mandi sore badan menjadi segar kembali setelah lelahnya beraktivitas. Itulah saat dimana kita bisa belajar dengan kemungkinan terserapnya pelajaran antara 60% - 70%. Manfaatkanlah waktu itu. Untuk menemani anda belajar, anda bisa menyiapkan musik yang anda sukai, cemilan atau secangkir teh yang bisa membuat anda rileks.

3. Pukul 20.00 sampai 21.30
Waktu yang terakhir ini merupakan waktu yang tepat untuk belajar, akan tetapi lebih spesifik lagi yaitu waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas-tugas. Pada rentan waktu ini daya serap anda sudah begitu menurun, anatara 20% - 30%. Banyak sekali godaan yang menghadang pada waktu ini. Acara televisi yang sedang seru-serunya, ngantuk gara-gara kebanyakan makan malam dan lain-lain. Jadi, gunakanlah waktu ini untuk mengerjakan tugas saja jangan terlalu memaksakan untuk menyerap pelajaran.
Tiga waktu yang telah dibahas di atas bisa terasa menfaatnya jika dilaksanakan. Tepatnya, dilaksanakan secara rutin dan teratur. Jangan merasa terbebani saat belajar. Yakinlah bahwa suatu saat nanti, ilmu yang kita pelajari akan memberikan manfaat kepada kita. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin untuk menimba ilmu karena ilmu "teu berat mawana" (tidak berat membawanya).

Sumber: http://ega91.blogspot.com

baca selengkapnya......

Senin, 03 Januari 2011

Sebaik-baik Perpisahan

Oleh "KATA-KATA HIKMAH" pada 04 Januari 2011 jam 7:49

Sahabat Hikmah yang tercinta…

Izinkan saya kembali belajar menulis dan berlatih berbagi lagi….

Dalam sebuah pelatihan di sebuah perkantoran di bilangan Jakarta Timur, saya terkesima..

Beberapa hadirin juga terlihat terpukau dan beberapa tak kuasa menahan tetesan air mata…Suasana memang sangat mendukung sekali..ruangan yang nyaman dan sejuk, diiringi instrumentalia yang sangat lembut sehingga kata kata dari sang Ustadz sungguh menjadi sangat berpengaruh..Teringat, sungguh benar perkataan mulia Rosulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam:"Wa inna minal bayaani lasihran", "Sesungguhnya sebagian dari perkataan itu benar-benar dapat menyihir (memberi pengaruh kuat)." (HR Bukhori, at Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)Paparan yang disampaikan oleh sang Ustadz di kantor (smoga Allah memberikan keberkahan dan pahala melimpah dan menjadikan ilmunya al’ilm yuntafa’ubih bagi beliau) adalah kisah-kisah saat-saat terakhir sebelum baginda wafat. Kisah ini, mungkin sebagian dari sahabat yang pada saat kecil mengaji kitab klasik (kuning) sering mendengarnya…Kisah yang senantiasa menarik bagi pencinta khusnul khotimah..sebaik-baik akhir…kisahnya adalah sebagai berikut ini:Suatu hari Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Mereka berkumpul mengelilingi beliau. ”Wahai para shahabat hari ini, aku tawarkan kepada kalian. Barangsiapa di antara kalian pernah aku sakiti. Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku ( membalasnya ) sahabat hening, tak ada satupun yang mampu bersuara.....Rasul mengulangi lagi perkataannya ” Wahai shahabat, kalau kalian pernah merasa aku sakiti silahkan kali ini saatnya kalian membalasnya...” sahabat makin tertunduk...menangislah mereka...mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah bersama Rasul tercinta akan berakhir....Untuk ketiga kalinya Rasulullah berkata ” Silahkan siapa yang mau mengqishas diriku ”...... Tiba-tiba muncullah Ukasah Radliyallahu 'anhu dan berkata.Umar Radliyallahu 'anhulangsung mencabut pedangnya sambil berkata “ Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah…pedang Umar yang menebas kepalamu kalau engkau berani menyakiti Rosulullah “Baginda yang agung tersenyum “ Biarkan Ukasah ya Umar………. “ Abu Bakar Radliyallahu 'anhu pun maju, sambil berkata “ Wahai Ukasah, Abu Bakar dan keluarganya yang akan menebusnya ya Ukasyah “Akan tetapi Rasul pun melarang Abu Bakar membelanya..” Pada saat aku mengiringi engkau berperang, cambukmu pernah mengenai punggungku ya Rasul..untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya rasul....”. sahabat terdiam menahan amarah................. akan tetapi Rasulullah dengan tersenyum mempersilahkan Ukasah mengambil cambuknya Tidak cukup sampai di situ...Ukasah berkata : ”Ya rasul, dulu sewaktu cambukmu mengenai punggungku...cambukmu saat itu langsung mengenai kulit punggungku, karena punggungku pada waktu itu tidak tertutup kain....untuk itu aku ingin kali ini, punggungmu dibuka juga ya Rasulullah..” sahabat makin geram dengan permintaan Ukasyah. Rasul tetap tersenyum dan kemudian membuka kain yang dikenakannya... Pada saat punggung baginda tercinta terbuka.... maka seketika itu juga Ukasyah menubruk punggung Rasulullah...,kemudian dia memeluk dan mencium punggung yang kemilau itu. Sambil menangis sesenggukan Ukasyah berkata” Wahai Rasul Allah....maafkan aku.....aku hanya ingin memeluk dan mencium tubuhmu untuk yang terakhir kali...dan Aku ingin tetap bersama-sama Engkau Ya Rasul sampai di akhirat kelak." Dan rasul pun berkata ” Doamu Insya Allah dikabulkan Allah wahai Ukasyah ” Dalam kisah yang lain malaikat Izrail pun kemudian datang mengucap salam........serta menyampaikan salam dari Allah swt, bahwa Allah rindu bertemu dengan Rasulullah.malaikat pun minta izin untuk mencabut ruh mulia beliau.............."Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah. Irji’i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah. Fadkhuli fi ’ibadi. Wadkhuli jannatii..."Wahai jiwa yang tenang... Kembalillah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku." ( Qs Al Fajr : 27-30)..Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi ashhabihii ajma'iin Sahabat semua milikilah selalu azam untuk memiliki akhir yang sebaik-baiknya..Semoga kita semua nanti bisa bereuni di salah satu taman dari taman-taman surga-NyaSemoga kita bisa berkunjung, bertatap dan berjumpa wajah dengan orang yang paling kita sayangi, kita cintai Baginda Rosul dan juga para sahabat....Amin 3x.
Mufti Arkan

Sumber:
http://muftiarkan.blogspot.com/2011/01/sebaik-baik-akhir-perpisahan.html
http://kata2hikmah0fa.wordpress.com/2011/01/04/sebaik-baik-perpisahan/
http://kata2-hikmah-ofa.blogspot.com/2011/01/sebaik-baik-perpisahan.html

baca selengkapnya......

Rabu, 15 September 2010

Happy Birthday

Penulis: Kangeno
Betapa senangnya apabila datang hari Ulang Tahun. Kita siapkan kue dan lilin spesial, buat rencana makan bareng , menerima berbagai kado dan ucapan selamat pun lewat berbagai sarana teknologi mengalir begitu banyak dari saudara dan handai taulan kita. Kita pun dibuatnya senang…happy, happy and happy…Begitulah kebiasaan sebagian masyarakat kita saat menyambut datangnya hari Ulang Tahun.
Ulang Tahun secara hitungan jumlah umur kita memang bertambah, tapi kalau kita renungkan (tafakuri) pada hakikatnya pada saat itulah jatah umur kita berkurang lagi satu tahun…Kalau kita sadar akan hal itu, pantaskah kita merayakan berkurangnya modal (umur) kita dengan berbagai hiburan atau kesenangan yang berlebihan? Padahal Islam tidak menyukai sesuatu yang berlebihan meskipun perbuatan itu baik atau halal sekalipun, seperti memakan makanan halal terlampau kenyang, beribadah siang malam terus menerus tanpa memikirkan kesehatan tubuh sehingga rentan sakit, kurang tidur dan mengabaikan kewajiban yang lainnya. Dan sikap berlebih-lebihan juga merupakan pekerjaan syaitan. Pernah seorang sahabat mendapat teguran dari Rasullulah saw. karena siang malam terus beribadah berlebihan tanpa memikirkan hak isterinya.
Sikap terbaik kita saat datangnya hari ulang tahun adalah kita jadikan sebagai momentum muhasabah diri, peningkatan kualitas amal ibadah dan tak salah kita menerima kado atau mengamini doa-doa yang baik dari saudara atau sahabat-sahabat kita, bahkan insya Allah itu nilainya ibadah atau mengadakan acara makan-makan alakadarnya dengan niat beribadah, mempererat silaturrahim sebagai ajang tukar ilmu atau informasi yang bermanfaat, semoga itu juga tidak salah, yang salah adalah kita terlena dengan datangnya hari UT dan kita rayakan dengan hal-hal yang berlebihan (mubazir) bahkan perbuatan-perbuatan dosa. Adapun untuk menjaga kehati-hatian akan takutnya berubahnya niat/tujuan ibadah atau terjerumusnya kedalam hal-hal maksiat maka meninggalkannya itu lebih baik. Insya Allah..Wallahu a’lam bishshowaab.
Mohon korek apabila ada yang salah!!!
Minal aidin walfaidzin.. Mohon maaf lahir dan bathin…
Renungan Awal Syawal 1431 H, diatas loteng papan akasia. (16-09-2010)
Inspirastor: Radio MQ FM Daarut Tauhid Bandung
baca selengkapnya......

BAHAYA MANIPULASI DATA

Penulis: Kangeno (special for teachers)
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, ia merupakan cahaya penerang bagi dunia kegelapan atau sang penunjuk jalan, penakluk atau pemecah kebodohan murid-muridnya.
Perspektif lain menjadi guru PNS adalah suatu impian, cita-cita mulia, atau ada yang beranggapan kerjaan guru itu mudah (asumsi)bagaimana tidak, contoh seorang guru SD, ia bekerja hanya setengah hari, sisa waktunya bisa digunakan untuk bisnis atau kegiatan lainnya, ia paling banyak liburnya daripada PNS-PNS lain, karena saat anak libur ia pun ikut libur, di masyarakat dihargai karena ia dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan resmi desa atau kegiatan warga yang sering sekali melibatkan guru, seperti panitia KPPS, musyawarah desa, panitia dalam resespsi pernikahan, acara hari-hari besar agama/nasional dsb. Pendek kata, guru sangat dihargai karena dibutuhkan masyarakat. Tapi apa jadinya seandainya guru itu bodoh, jahat, berakhlak buruk , tidak bertanggung jawab dan mengajarkan sesuatu yang tidak baik, bagaimana halnya dengan murid-muridnya? Ada istilah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, artinya apabila gurunya tidak baik maka muridnya pun akan jauh lebih tidak baik, padahal murid-murid itu disiapkan sebagai generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya peradaban dunia ini sendainya generasi penerusnya miskin ilmu, amal dan buruk akhlak. Na’udzubillahi mindzaalik…
Salah satu kejahatan seorang guru adalah memanipulasi atau memalsukan data atau SK karena menginginkan secepatnya diangkat menjadi PNS. Berbagai jalan ia tempuh supaya cepat tercapainya tujuan meskipun melabrak aturan, padahal ini adalah kejahatan yang luar biasa…Boleh jadi data itu lulus atau luput daripada para penyeleksi data, tapi tetap ada Yang Maha Menyaksikan yang mustahil luput dari semua gerak-gerik makhluk-Nya meskipun hanya sebersit lintasan dihati, Dia lah Tuhan seru sekalian alam, Allah SWT. Bagaimana kalau data haram itu lulus dalam seleksi makhluk, kemudian diangkat menjadi PNS, dan gaji yang tak jelas pun diterimanya, kemudian hasilnya termakan oleh isteri atau suami, anak-anak, saudara atau orang tua kita, inginkah kita menebar penyakit kepada saudara atau keluarga kita yang tidak tahu apa-apa karena ulah kita. Padahal hukuman bagi orang yang memakan sesuap pun dari barang haram, maka 40 hari ibadahnya tidak diterima Allah SWT., seringkali kita lupa akan hal ini, naudzubillaah.., padahal kehidupan di dunia hanya sesaat, sekedar mampir dan terus kita menjauhinya dan mendekati sesuatu yang pasti dan amat dekat yaitu kematian, karena ia bisa datang tiba-tiba, amat misteri waktu, tempat dan sebab kejadiannya, sedangkan kehidupan akhirat itu adalah yang abadi, dimana harta, jabatan bukanlah jaminan untuk menggapai jannah-Nya. Pernahkah kita merenung/bertafakkur kearah situ?!!!!!
Allah Maha penerima taubat, selama hayat masih dikandung badan pintu taubat masih terbuka, seandainya kita khilaf terlanjur memanipulasi/memalsukan data, berbuat kecurangan atau kebodohan diri, maka usahakan untuk meluruskannya tetapi seandainya amat susah meluruskannya maka perbanyaklah taubat, banyak bersedekah dan amal ibadah lainnya semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan menerima usaha/amal ibadah kita amin…Seorang bijak berkata, lebih baik kita disebut mantan penjahat daripada mantan orang baik. Semoga khusnul khotimah…amiin. Wallahu a’lam bishshowaab.
Mohon korek apabila ada yang salah!!!
Minal aidin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan bathin…
Renungan Awal Syawal 1431 H, diatas loteng papan akasia. (16-09-2010)

baca selengkapnya......

Rabu, 23 Juni 2010

Mungkinkah?!!!

Ade Lia si Gadis Manis yang malang itu, baru duduk di kelas V SD, ia merasakan kesakitan yang sangat dibagian selangkangannya akibat dinodai tetangga sebelahnya Bandi seorang pemuda tanggung, anak orang kaya akibat pengaruh film video porno yang ia dapatkan dari download gratis lewat internet, sontak saja orangtua Ade Lia marah besar karena psikologi dan masa depan anaknya ternoda. Bandi diproses dan dihukum ringan karena ia keluarga berduit….”Kemanakah aku harus mengadu aku tak puas dengan aturan hukuman di negeri ini” Begitulah gerutu orangtuanya Ade…

Saat siang hari menjelang Dhuhur SMS dari temanku masuk, ia bilang “ Masya Allah”, aku balas “Apa maksudmu?”, ia jawab “Barusan aku lihat di alun-alun Kota M, tidak hanya anak-anak SMA tetapi anak-anak SMP juga banyak yang lagi pacaran, bahkan sampai berani cium-ciuman segala..meskipun dari kejauhan, tetapi aku dapat lihat aktivitas mereka dengan cukup jelas. Kejadian itu siang bolong sekitar jam 11 an, sungguh sudah hilang rasa malu mereka....Aku hanya bisa mengelus dada.. ya Rabb…. “

Alih-alih Si Bonet, adik ipar temanku ikut liburan di kampung kakaknya, tapi ternyata jarak 5 hari ia berani bermain mata dengan isteri dari kakak temanku, ketangkap basah sama bapak temanku, sampai akhirnya ia di usir pergi dan rumah tangga isteri dari kakak temanku terganggu, si isteri itu malu sendiri, dengan berat hati langsung tancap gas pulang ke orang tuanya yang lain kota, meninggalkan kedua anaknya yang masih sangat butuh kasih sayang darinya, saat itu suaminya belum tahu karena ia sedang berburuh di Jakarta. Kemudian suaminya pulang, dan masalahpun berkepanjangan….

Mba Mona, isteri sang pelaut, bermain mata dengan tukang ojek langganannya sampai berbuat hal yang tidak senonoh… Ia amat kesepian, sudah hampir setengah tahun suaminya tidak pulang. Ia merasa tidak bahagia meskipun uang kiriman mengalir jutaan rupiah setiap bulannya… Tingkahlakunya membuat masyarakat curiga dan suatu saat masyarakat melabrak rumahnya dan mereka ketangkap basah berduaan sedang berbuat mesum. Suaminya sang pelaut, seminggu kemudian pulang dan memintanya bercerai. Anak-anaknya enggan keluar rumah, jadi malu akibat ulah orangtuanya…

Amir si tukang ojek dibunuh penumpangnya saat mengojek, motornya raib, tetapi dari keterangan teman ojeknya, polisi mendapatkan informasi ciri-ciri si pelaku, dan 5 jam kemudian polisi berhasil meringkus si pelaku…Sipelaku terbukti bersalah dan dihukum cuma 6 tahun, sontak saja keluarga si korban marah karena tak puas, keluarganya menginginkan hutang mati bayar mati…..
Aki Bakir dituntut hukuman 3 bulan gara-gara ulahnya diwaktu sore memetik 3 tongkol jagung dari kebun tetanggannya, karena tak tahan melihat cucu kesayangannya kelaparan dari pagi belum makan. sesuap pun…
Ario si kontraktor rakus hanya di hukum satu tahun, padahal terbukti bersalah korupsi 450 juta uang bantuan untuk proyek jalan desa yang belum juga rampung….

Aku bertanya pada diri sendiri, seandainya ada yang mencuri lalu di hukum dengan dipotong tangannya, kapokkah ia? Maukah ia kembali mengulangi perbuatannya? Puaskah orang yang di curi dengan hukuman kepada si pencuri seperti itu? Seandainya hukumannya seperti itu, perlukah pemerintah mengeluarkan uang banyak untuk membangun gedung-gedung penjara? Memberi makan dan menjaga siang malam si terpenjara? Menggaji para penjaga penjara? Repotkah pemerintah dengan aturan hukum seperti itu? Aku mendambakan aturan-aturan hukum yang benar-benar adil, praktis, efektif alias murah biaya pelaksanaannya tetapi benar-benar memberi efek jera.
Saya yakin manusia yang masih memiliki hati nurani pasti mendambakan aturan-aturan hukum yang benar-benar adil dari sumber yang mutlak kebenarannya. Mungkinkah terwujud di negeri kita ini?!!!.....
baca selengkapnya......

Senin, 03 Mei 2010

Di Atas Loteng Papan Akasia, Ku Coba Mendalami Sebuah Perenungan.......

My diary: Kamis, 8 April 2010
Aku hanyalah sesuatu yang berasal dari setetes air hina, kemana-mana perutku membawa kotoran yang menjijikan, maka tak pantaslah jika diri ini merasa lebih segalanya dari orang lain, kalaupun itu kelihatannya ada kelebihan, sebenarnya bukanlah kelebihan yang ada, melainkan karena Allah menutupi aib-aibku dan seandainya hidupku yang hanya sekali ini aku sia-siakan tanpa membuat hati semakin dekat, tunduk, patuh kepada-Nya maka apa yang aku usahakan itu jauh lebih hina dari apa yang keluar dari isi perutku. Naudzubillaahi mindzaalik..
Aku hanyalah manusia biasa, aku juga butuh cinta dan kasih sayang… Wajar aku memiliki rasa cinta kepada lawan jenis, anak-anak, harta, jabatan, kendaraan dan sejenisnya tapi tak wajar apabila kadar cintaku kepada hal-hal tersebut melebihi kadar cintaku kepada Sang Pemilik dan Pemberi Cinta, Dialah Allah SWT. Tuhan seluruh alam semesta……Tuhan yang bergantung seluruh makhluk kepada-Nya…Tugas ku di dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya, jadi semua jalan-jalan kesenangan dunia ini tak akan memiliki arti apa-apa sendainya tidak dikaitkan dengan unsur ibadah kepada-Nya.

Demi masa
Sesungguhnya manusia itu benar-benar ada dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi keshabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)
Wallahu a’lam bishshowab…

***
baca selengkapnya......

Selasa, 09 Maret 2010

PESAN TERAKHIR

Penulis: Kang Eno
Sepuluh bulan sudah usia pernikahan kami, hari-hari yang kami lalui terasa sangat indah, penuh kasih sayang, kemesraan, kelembutan dan kedamaian, serta waktu yang kami lalui pun terasa begitu cepat dan singkat. Aku adalah seorang isteri dari suami yang bekerja di sebuah lembaga kemanusiaan yang mendapat legalitas pemerintah. Awal Januari 2009 yang lalu, suamiku mendapat tawaran dari lembaga tempatnya bekerja, yaitu sebagai relawan kemanusiaan untuk penyelamatan korban perang yang sedang berkecamuk di Palestina. Kami berdua bermusyawarah untuk menentukan keputusan yang tepat apakah harus menerima atau menolak tawaran itu, karena tawaran itu terbatas untuk beberapa orang saja dan bisa dilimpahkan juga kepada orang lain yang lebih siap. Awalnya aku sempat ragu untuk menerima tawaran untuk suamiku itu, karena aku teringat akan usia pernikahan kami yang baru seumur jagung dan anak pertama yang aku kandungpun belum lahir, kadang aku berpikir, bagaimana nanti nasib suamiku atau nasib anakku kelak dan bagaimana kalau ia terlahir dalam keadaan yatim, siapa yang menafkahi aku dan anakku, semuanya pikiran dhoif itu aku simpan agar tidak mengecewakan suamiku, tapi setelah mendapat penjelasan dari suamiku tercinta, akhirnya aku tersadarkan bahwa masalah mati, rizki dan segalanya sudah ada yang Maha Mengatur. Akhirnya kami pun sepakat menerima tawaran itu dan ini merupakan pengalaman pertama bagi suamiku juga dalam kegiatan kemanusiaan ke luar negeri. Selang tiga hari kemudian suamiku berangkat bersama rombongan yang terdiri dari 10 orang dengan berbagai macam keahlian dalam bidang medis. Aku pun mantap dan rela untuk melepas kepergiannya. Masih teringat bagaimana saat-saat perpisahan, beliau mengecup keningku dan mengucapkan salam untukkku, aku pun menjawab salamnya dengan penuh ketulusan dan rasa hormat. “Selamat jalan suamiku semoga Allah selalu melindungi dan merahmatimu”, lirih doaku saat tatapan terakhirku melepas kepergiannya bersama rombongan relawan.
Seminggu sudah suamiku bertugas, hampir tiap hari suamiku menelpon, menanyakan kabarku dan anak dalam kandunganku, beliau selalu berpesan selalu sabar dan tawakkal pada-Nya. Akupun juga suka mengirim SMS untuknya, salah satu SMSku yang sengaja aku simpan sampai sekarang, isinya “Abi, suamiku tercinta, tolong kasih tahu aku jikalau Abi mempunyai utang atau janji sama orang lain yang belum Abi penuhi, barangkali aku bisa memenuhinya!”, tidak lama kemudian beliau membalasnya dengan menelpon “Isteriku tercinta, Abi sangat bangga punya isteri sepertimu, engkau selalu mengingatkanku, meskipun Abi jauh darimu...Afwan isteriku, mobil suah siap berangkat meninggalkan Rafah(perbatasan Mesir-Palestina), teman-teman memanggilku, Abi ingat-ingat dulu, insya Allah Abi kasih tahu, barangkali Abi punya sangkut paut sama orang lain yang belum Abi penuhi, tetap shabar&tawakkal isteriku, jangan lupa jaga anak kita! Assalamu ‘alaikum....”. Sejak terakhir kali suamiku menelpon, beberapa hari kemudian aku tak menerima telepon darinya lagi, HP nya juga sudah tidak aktif lagi, sempat aku berpikir yang bukan-bukan, tapi aku berusaha untuk selalu tenang dan sabar, setiap terlintas pikiran seperti itu, lantas aku ambil air whudu dan aku laksanakan shalat dua rakaat, akhirnya jiwaku benar-benar tenang kembali.
Aku perhatikan kalender yang menempel diatas meja kamarku, setiap tanggal yang terlewati tugas suamiku aku coret, aku hitung dengan seksama ternyata sudah 14 coretan tanggal dikalender, artinya tugas suamiku hampir selesai, karena beliau pernah memberitahu aku, insya Allah paling lama tugasnya berakhir selama 15 hari. Setengah bulan sudah suamiku belum pulang, kabar dari telepon pun sudah lama tidak ada, aku pun jadi penasaran, untuk mengobati rasa penasaranku aku ambil HP dan aku telepon ke lembaga tempatnya bekerja, katanya rombongan relawan kemanusian dari Palestina baru saja pulang, dan aku tanyakan apakah suamiku juga sudah pulang dengan selamat, tetapi jawabannya masih meragukan, penuh tanda tanya “Maaf Bu, kami belum bisa memberikan informasi yang pasti, karena rombongan baru saja tiba di bandara, Ibu tungggu saja dirumah, insya Alloh nanti kami beritahu Ibu”, begitulah jawaban dari pihak lembaga. Aku masih menyimpan sejuta penasaran, dari getaran suaranya, sepertinya ada yang disembunyikan dibalik suara penelepon tadi, tetapi aku selalu berusaha untuk shabar. Sorenya sekitar jam 5, ada dua orang datang ke rumahku, kelihatannya suami isteri dan aku tahu salah seorang tamu itu adalah sahabat suamiku yang ikut bersama rombongan ke Palestina. Aku pun menerimanya dengan hormat. Seorang ikhwan sahabat suamiku kemudian berkata “Ukhti Fatimah.. Semoga Allah selalu melimpahkan kesabaran dan tawakkal kepada Ukhti, maksud kedatangan kami kesini adalah memberikan informasi bahwa suami Ukhti, Abdullah telah berpulang ke rahmatullah, beginilah ceritanya...Saat rombongan kami sudah seminggu melakukan kegiatan di Raffah, tiba-tiba kami diminta bantuan oleh lembaga kemanusiaan PBB untuk segera mengirim bantuan ke tempat pengungsian warga karena banyak korban yang memerlukan bantuan. Jarak tempat pengungsian itu lebih dari 20 KM dari perbatasan Rafah masuk ke wilayah Palestina, akhirnya rombongan kami pun terbagi menjadi dua bagian, 5 orang tetap berada di perbatasan Rafah termasuk ana, sedangkan yang 5 orang lagi termasuk Abdullah berangkat menuju pengungsia warga, tapi sebelum Abdullah berangkat, sempat ia menitipkan surat padaku untuk disampaikan ke Ukhti, ia bilang: “Seandainya Allah menjemputku saat menjalankan tugas ini dan antum selamat, tolong antum sampaikan suratku ini untuk isteriku tercinta, tetapi seandainya aku selamat, maka aku akan ambil lagi surat itu, sejak itulah kamipun berpisah dan dua hari kemudian komunikasi kami pun terputus, setelah keadaan sudah cukup aman kami terus berusaha mencari informasi tentang kabar rombongan yang 5 tadi, dan kami pun berhasil menemukannya, tetapi Allah berkehendak lain, diantara 5 orang relawan itu, dua orang telah syahid, termasuk salah satunya Abdullah suamimu, setelah jet tempur Israel yang memuntahkan clutser menggempur tempat pengungsian warga, padahal daerah itu adalah daerah perlindungan PBB. Kami pun sempat mengalami kesulitan saat mengidentifikasi jenazah, karena saking banyaknya mayat-mayat yang tak dikenali, untungnya kami dapat mengenali suami ukhti dari jam tangan yang dipakainya, afwan ukhti pihak kami tidak bisa membawa jenazah suami ukhti kesini, setelah kami bermusyawarah bersama rekan-rekan serombongan dan mengingat keadaan jenazah dan situasi yang sangat darurat akhirnya kami menguburkan jenazah Abdullah dan seorang lainnya di kuburan massal di Gaza bersama jenazah para pejuang Palestina yang syahid, jadi itulah maksud kedatangan kami kesini yaitu untuk memberikan informasi dan menyampaikan amanat surat dari suamimu dan kami pun ikut berbela sungkawa atas musibah yang menimpa suami ukhti, tapi kami yakin Abdullah termasuk salah satu dari ribuan pejuang-pejuang yang syahid, kami berharap ukhti tetap sabar dan tawakkal, karena yakin Allah bersama orang-orang yang sabar dan kita pun semua dari Allah dan akan kembali pada-Nya, innalillaahi wa inna ilaihi roojiun...”, Setelah semua informasi tentang suamiku sudah jelas, lalu kedua tamu itu permisi sambil memberikan padaku sepucuk surat titipan suamiku dan sebuah bingkisan sebagai tanda belasungkawa dari pihak lembaga atas kepergian suamiku, sebagai rasa hormat, aku pun menerima bingkisan itu dan aku ucapkan terima kasih atas amanat, informasi dan segala bantuannya. Tak terasa waktu hampir mendekati maghrib, surat itu aku simpan baik-baik, aku belum berani membuka surat itu, hatiku belum tenang. Aku coba berusaha menenangkan hatiku, baru ba’da shalat isya surat itu bisa aku baca, tak satu kalimat pun terlewati, semuanya aku baca dengan seksama. Tak terasa air mataku mengalir deras dari kedua sudut mataku membasahi kedua belah pipiku.
Dibawah ini surat dari suamiku tercinta:

Palestina, 17 Januari 2009
Untuk isteriku tercinta:

Fatimah
Di Indonesia

Assalamu ‘alaikum wr.wb
Ukhti Fatimah isteriku tercinta yang dirahmati Allah...
Semenjak perpisahan kita beberapa hari yang lalu, Abi melihat rautmukamu begitu cerah, tegar, penuh keikhlasan, tandanya ukhti penuh kerelaan melepas kepergian Abi dan Abi pun semakin semangat untuk segera melaksanakan tugas mulia ini. Apalagi beberapa hari kebelakang kita sama-sama melihat dilayar TV bagaimana kekejaman bajingan-bajingan israel laknatullah membantai saudara-saudara kita di Palestina, tidak mengenal apakah itu pejuang atau rakyat sipil, orangtua ataupun anak-anak, hampir semuanya mereka bantai selama masih bisa diakalin dengan alasan-alasan yang sebenarnya tidak masuk diakal, apalagi informasi terakhir yang sangat mengiris hati kita, yaitu seorang bocah tak berdosa mereka berondong dengan senapan otomatis kemudian mayatnya dibiarkan dimakan anjing-anjing pelacaknya. Laknatullah ‘alaihim..
Isteriku tercinta...
Seandainya surat ini telah sampai ketanganmu, bisa dipastikan Abi sudah menghadap Rabb. Pesan Abi, bersabar dan tawakallah isteriku, jaga dirimu dan anak kita, seandainya ia terlahir dengan selamat dan diberi umur yang panjang oleh-Nya, bimbing dan didiklah ia sampai menjadi jundi yang dicintai Allah dan rasul-Nya.
Isteriku yang shalihah...
Setelah Abi ingat-ingat, rasanya Abi nggak punya sangkutan utang atau janji sama rekan kerja Abi atau pun orang lain, tetapi seandainya Abi khilap dan ada orang yang datang kepadamu menuntut hak-haknya karena Abi, tolong sampaikan permohonan maaf Abi dan penuhilah hak-haknya dari harta Abi yang tersisa.
Isteriku bidadariku...

Selama Abi menjadi kepala rumah tangga untukmu, hampir bisa dipastikan banyak kehilapan-kehilapan Abi yang disengaja ataupun tidak disengaja atau masih banyak hak-hak isteriku tercinta yang belum bisa Abi penuhi, oleh karenanya Abi mohon maaf kepada isteriku tercinta dan tak lupa doakan Abi, semoga Allah SWT mengampuni semua kesalahan Abi dan menempatkan Abi ditempat yang mulia di sisi-Nya. Semoga kita bisa berjumpa kembali di jannah yang kekal dalam naungan keridhoan-Nya. Amiiin..

Wassalamu ‘alaikum wr.wb

Suamimu tercinta



Abdullah Azzam

Catatan: tulisan ini adalah fiktif, supaya lebih menarik, waktu dan tempatnya sengaja saya buat mirip dengan keadaan yang sebenarnya. Semoga bermanfaat. Amiin...
baca selengkapnya......

Senin, 08 Maret 2010

Meskipun Hanya Setangkai Rumput Pusara

Penulis: Kg. Eno
Saat pulang mengajar di SD, aku melewati jalan setapak di sebuah hutan bambu yang tak jauh dari sekolahku, perjalanan kaki sekolah - rumah itu memakan waktu 35 menitan atau jarak tempuh sekitar 1 Km-an. Jalan setapak hutan itu aku tempuh dengan mantap walaupun kadang berpapasan dengan ular, kalajengking dsb. tetapi perjalanan itu sungguh menyenangkan karena disaat-saat yang tepat aku juga bisa berpapasan dengan burung-burung hutan nan indah atau hanya sekedar mendengar suaranya yang merdu dari kejauhan di balik rimbunnya semak-semak hutan. Keluar dari jalan hutan, terbukalah pemandangan nan indah, pesawahan yang cukup luas di tambah pemandangan para petani desa yang sedang mencangkul sawah, memanen padi, palawija, atau kadang melihat anak-anak kampung sedang asyiknya mengurek belut (makanan favourit orang kampung berkadar protein tinggi), sungguh semuanya menyenangkan. Sebelum sampai ke rumah aku teringat akan pusara ibuku, sehingga aku berbelok di simpang jalan dan mampir dulu ke makam ibuku yang tak jauh dari simpang jalan setapak itu, namanya TPU Telar Panjang, aku bersihkan makam itu dari rumput-rumput dan dedaunan yang berserakan, selesai bersih-bersih aku panjatkan doa dan kemudian lekas pulang karena mungkin waktu itu waktu dzuhur sudah menghampiri juga. Sesampaimya di rumah, aku merenungi kegiatan sederhanaku saat-saat mencabut rumput di makan tadi, waktu itu rumput kecil-kecil aku cabut dengan dua cara, pertama, aku cabut dengan hentakan yang cukup kuat dan hasilnya rumput itu patah dibagian batang sedang akarnya tidak tercerabut sama sekali, kemudian aku coba cara kedua, yaitu dengan mencabut rumput secara pelan-pelan tapi pasti dan hasilnya sungguh memuaskan, rumput itu tercerabut sampai ke akar-akarnya tanpa mengeluarkan tenaga yang cukup besar. Dari kejadian sederhana itu aku bisa mengambil hikmahnya bahwa dalam menghadapi permasalahan-permasalan hidup ini, janganlah kita terlalu over action karena keyakinan akan mudahnya pemecahan masalah, tetapi haruslah kita cerdas dalam memahami objek masalah itu sendiri meskipun kelihatannya cukup sederhana. Maksudnya, seandainya masalah itu sederhana, cukuplah selesaikan dengan cara yang sederhana saja jangan mengeluarkan kekuatan penuh karena mengira akan entengnya menyelesaikan masalah, padahal justeru mengeluarkan banyak energi dan hasilnya tidak optimal, tetapi yang benar selesaikanlah masalah dengan cerdas, efektif dan efisien, proporsional, sesuaikan dengan situasi kondisi yang ada….
(hanyalah sebuah renungan, aku juga masih belajar…dibalik bilik. IGNA Net, Maja Selatan, 9 Maret 2010)
baca selengkapnya......

Kamis, 12 November 2009

Tentang Perasaan Wanita

Penulis: Hanifa
Suatu saat temanku seorang akhwat bercerita dengan sedihnya, ada seorang laki-laki datang kerumah bertemu orang tua dengan tujuan ta’aruf, kemudian tiba-tiba dengan alasan belum siap, memutuskan tidak jadi berproses dengan temanku itu. Ketika ditanya kalau tidak ada keseriusan kenapa sampai datang ke orang tua, dia hanya menjawab ‘kan cuma silaturahim’…olala…remuk redam perasaan si akhwat, bukan hanya kecewa tapi bingung bagaimana menjelaskan ke orang tuanya. Terlepas dari masalah bukan jodoh, tapi ada perasaan wanita dan perasaan orang tua yang terluka dengan kejadian ini, kalau belum berniat serius, kenapa sih harus melibatkan keluarga.
Teman yang satu lagi, lain lagi masalahnya, saat ini sedang berproses dengan seorang laki-laki. Hampir setiap hari si laki-laki kirim sms romantis, keduanya sudah saling mengenal dengan baik, sering membicarakan ke arah pernikahan, bahkan secara tidak langsung ingin dikenalkan dengan keluarganya. Herannya belum berani membuat komitmen kapan akan segera mewujudkan sebuah keluarga, padahal dari sisi usia, keduanya sudah sangat pantas untuk menikah. Temanku tentu saja kebingungan karena si laki-laki seperti benang layangan, tarik ulur mengikuti arah angin, tidak ada kejelasan mau dibawa kemana hubungan ini. Lagi-lagi ada hati wanita yang kecewa.
Sebenarnya, sebuah proses menuju pernikahan itu adalah suatu proses pengambilan keputusan. Waduuuh kaya mata kuliah manajemen aja yah ada pengambilan keputusan ^_^. Proses awal adalah proses pengenalan dan sisanya adalah proses mengambil keputusan. Tetapi kadang saking semangatnya dalam proses mengenal ada yang terlupakan bahwa secara langsung atau tidak langsung ada sebuah ‘perasaan’ disana. Perasaan seorang wanita yang begitu lembut dan halus (kaya’ tepung terigu ^_^) . Itu bila tidak sampai melibatkan orang tua, tetapi kalau orang tua sudah sampai terlibat jauh, maka akan ada beberapa perasaan lagi yang ikut ambil bagian. Terkadang para laki-laki (yang biasanya menentukan keputusan) agak kurang mempertimbangkan masalah ini. Tidak berani membuat komitmen tetapi sudah mengobral kata-kata indah, masih ragu dan bimbang tetapi sudah melibatkan orang tua. Seperti halnya perang, berproses menuju pernikahan pun butuh strategi supaya kelak tidak ada yang merasa kecewa.
Penikahan buat orang yang belum menjalani mungkin bisa jadi hal yang rumit, membingungkan, dan ragu-ragu dalam menghadapinya, tul gak pren….. Ada banyak factor kenapa laki-laki bersikap demikian, salah satu yang paling mendominasi adalah perasaan tidak yakin. Ya….tidak yakin apakah pernikahannya kelak akan membawa kebahagiaan, apakah wanita pilihannya adalah orang yang tepat, bagaimana kalo ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sungguh, perasaan-perasaan itu adalah godaan setan supaya kita tidak terlalu yakin dengan Allah. Usaha, berdoa dan bertawakal adalah hal maksimal yang bisa manusia lakukan dalam kehidupan ini. Tentang hal-hal apa yang akan kita hadapi nanti adalah perkara sunatullah bahwa hakekatnya setiap manusia akan selalu diuji. Yang terpenting buat para laki-laki yang masih ragu dalam melangkah adalah keyakinan penuh bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat hambaNya. So……mulailah melangkah ^_^
Sumber: http://birumuda.multiply.com/

baca selengkapnya......

Selasa, 13 Oktober 2009

Sudah Mantapkah Keyakinanmu...?

Tausyah Aa Gym(sumber:muallaf.com)
Kamis, 14 Agustus 2008

Saudaraku, Tiada Tuhan selain Allah yang menjamin segenap makhluk yang yakin dengan jaminan-Nya. Tidak ada satupun penghalang jaminan Allah, kecuali su'uzhan dari makhluk itu sendiri. Memang, Dia sesuai dengan sangkaan hamba-Nya.
Seorang hamba yang sangat yakin akan pertolongan-Nya, maka dengan keyakinannya itulah Allah akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin do'anya akan diijabah, maka tidak ada keraguan sama sekali, Allah pun akan mengijabah do'a-do'anya seorang hamba yang yakin Allah akan membebaskannya dari kesempitan dan kesulitan yang sedang dihadapinya, dan begitu bulat keyakinannya itu maka Allah pun akan membebaskannya dari segala kesempitan dan kesulitan.

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya tentang Aku Maka (Jawablah) Bahwa Aku Adalah Dekat (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

Sebaliknya kalau seorang hamba ragu-ragu terhadap pertolongan Allah, tetapi lebih yakin dengan kemampuan dirinya sendiri atau dengan pertolonan makhluk-makhluk, maka jangan salahkan siapa pun kalau hidup ini akan diliputi kekecewaan. Mengapa? Karena Allah telah menjelaskan "Anaa 'indazhanni 'abdibi...." Aku- firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi- sesuai dengan persangkaan hamba-Ku!

Dengan demikian, siapapun yang ingin hidupnnya selalu dibela, dilindungi, dimudahkan urusannya, dan dikabulkan do'a-do'anya oleh Allah tetapi tidak pernah bersungguh-sungguh meningkatkan mutu keyakinannya kepada Allah Azza Wa Jalla, maka tampaknya semua keinginan itu tak lebih hanya angan-angan belaka.

Padahal justru keyakinan yang semakin mantap kepada Allah inilah kekayaan termahal, yang akan membuat hidup kita sepelik, sesulit dan serumit apapun, akan mudah ditemukam jalan keluarnya. Sehebat apapun berkecamuknya urusan dan masalah, sama sekali tidak akan sampai mengaduk-aduk kalbu kita. Seberat apapun beban yang kita pikul, tidak akan membuat kita roboh. Sungguh keyakinan kepada Allah tidak bisa tidak akan membuat semua urusan akan menjadi lebih mudah dan lebih ringan. Karena, Allah lah satu-satunya zat maha pengurus segala urusan. Dialah yang akan menjamin segala urusan kita.

Semoga Allah menolong kita menjadi orang yang selalu rindu bisa mengenal Allah dengan baik dan diberi karunia keyakinan yang mantap. Wallahu'alam
baca selengkapnya......

Tidakkah Dengan Cara Itu

klik mulai baca-->Tidakkah dengan cara itu...

Shared via AddThis baca selengkapnya......

Sabtu, 05 September 2009

Sensitif terhadap Waktu

Tausyah Aa Gym (sumber:muallaf.com)
Senin, 07 April 2008

Menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa (Ibnu Atha’ilah) Sesungguhnya waktu akan menghakimi orang yang menggunakannya. Saat kita menyia-nyiakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang sia-sia.

Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu.

Allah SWT menegaskan bahwa orang rugi itu bukan orang yang kehilangan uang, jabatan atau penghargaan. Orang rugi itu adalah orang yang membuang-buang kesempatan untuk beriman, beramal dan saling nasihat-menasihati (QS Al Asher [103]: 1-3).

Menunda amal

Ciri pertama orang merugi adalah gemar menunda-nunda berbuat kebaikan. Ibnu Athailah menyebutnya sebagai tanda kebodohan, “Menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa.

Mengapa orang suka menunda-nunda?

Pertama, ia tertipu oleh dunia. Ia merasa ada hal lain yang jauh berharga dari yang semestinya dilakukan. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Demikian firman Allah dalam QS Al A’laa [87] ayat 16-17.
Kedua, tertipu oleh kemalasan. Malas itu penyakit yang sangat berbahaya. Orang malas tidak akan pernah meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Tidak ada obat paling manjur mengobati kemalasan, selain mendobraknya dengan beramal.

Ketiga, lemah niat dan tekad, sehingga tidak bersungguh-sungguh dalam beramal. Salah satunya dengan terus menunda. Seorang pujangga bersyair, Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Juga, Waktu itu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang tidak berharga.

Tidak sensitif terhadap waktu

Ciri kedua, tidak sensitif terhadap waktu. Islam memerintahkan kita untuk sensitif terhadap waktu. Dalam sehari semalam tak kurang lima kali kita diwajibkan shalat. Sehari semalam, lima kali Allah SWT mengingatkan kita akan waktu. Shalat pun akan bertambah keutamaannya bila dilakukan di masjid, berjamaah dan tepat waktu. Karena itu, orang-orang yang mendirikan shalat, pasti memiliki manajemen waktu yang baik.

Sesungguhnya, kita hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang kita anggap penting. Demikian pula dengan waktu. Jika kita menganggap waktu sebagai modal terpenting, maka kita akan sangat sensitif dan perhatian terhadapnya. Kita tidak akan rela sedetik pun waktu berlalu sia-sia. Orang yang perhatian terhadap waktu terlihat dari intensitasnya melihat jam. Ia sangat sering melihat jam. Ia begitu perhitungan, sehingga kerjanya efektif dan cenderung berprestasi. Penelitian menunjukkan semakin seseorang perhatian dengan waktu, semakin berarti dan efektif hidupnya. Ia pun lebih berpeluang meraih kesuksesan.

Orang sukses itu tidak sekadar punya kecepatan, namun ia punya percepatan. Kecepatan itu bersifat konstan atau tetap, sedangkan percepatan itu menunjukkan perubahan persatuan waktu. Artinya, orang sukses itu senantiasa melakukan perbaikan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah SAW bahwa orang beruntung itu hari ini selalu lebih baik dari kemarin. Lain halnya dengan orang konstan; hari ini sama dengan kemarin. Rasul menyebutnya orang rugi. Sedangkan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin disebut orang celaka.

Saudaraku, orang yang memiliki percepatan, hubungan antara prestasi dengan waktu hidupnya menunjukkan kurva L. Dalam waktu yang minimal, ia mendapatkan prestasi maksimal. Itulah Rasulullah SAW. Walau usianya hanya 63 tahun, namun beliau memiliki prestasi yang abadi. Demikian pula para sahabat dan orang-orang besar lainnya. Semuanya berawal dari adanya sensitivitas terhadap waktu.( KH Abdullah Gymnastiar )
baca selengkapnya......

Merencanakan Hidup Berumah Tangga

Tausyah Aa Gym (sumber:muallaf.com)
Ahad, 15 Februari 2009

Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga dimulai dengan ijab kabul. Saat itulah yang halal bisa jadi haram atau sebaliknya yang haram bisa jadi halal. Demikianlah Allah telah menetapkan bahwa ijab kabul walau hanya beberapa patah kata, tapi ternyata bisa menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Saat itu terdapat mempelai pria, mempelai wanita, wali, dan saksi, lalu ijab-kabul dilakukan, sahlah keduanya sebagai suami-istri.

Status keduanya pun berubah, asalnya kenalan biasa tiba-tiba jadi suami, asalnya tetangga rumah tiba-tiba jadi istri. Orang tua pun yang tadinya sepasang, saat itu tambah lagi sepasang. Karenanya, andaikata seseorang berumah tangga dan dia tidak siap, serta tidak mengerti bagaimana memposisikan diri, maka rumah tangganya hanya akan menjadi awal berdatangannya aneka masalah. Ketika seorang suami tidak sadar bahwa dirinya sudah beristri, lalu bersikap seperti seorang yang belum beristri, akan jadi masalah.

Dia juga punya mertua, itupun harus menjadi bagian yang harus disadari oleh seorang suami. Setahun, dua tahun kalau Allah mengijinkan akan punya anak, yang berarti bertambah lagi status sebagai bapak. Bayangkan begitu banyak status yang disandang yang kalau tidak tahu ilmunya justru status ini akan membawa mudharat. Karenanya menikah itu tidak semudah yang diduga, pernikahan yang tanpa ilmu berarti segera bersiaplah untuk mengarungi aneka derita.

Orang yang stres dalam rumah tangganya terjadi karena ilmunya tidak memadai dengan masalah yang dihadapinya. Begitu juga bagi wanita yang menikah, ia akan jadi seorang istri. Tentu saja tidak bisa sembarangan kalau sudah menjadi istri, karena memang sudah ada ikatan tersendiri. Status juga bertambah, jadi anak dari mertua, ketika punya anak jadi ibu. Demikianlah, Allah telah menyetingnya sedemikian rupa sehingga suami dan istri, keduanya mempunyai peran yang berbeda-beda.

Tidak bisa menuntut emansipasi karena memang tidak perlu ada emansipasi, yang diperlukan adalah saling melengkapi. Seperti halnya sebuah bangunan yang menjulang tinggi, ternyata dapat berdiri kokoh karena adanya prinsip saling melengkapi. Ada semen, bata, pasir, kayu, dan bahan-bahan lainnya lalu bergabung dengan tepat sesuai posisi dan proporsinya sehingga kokohlah bangunan itu.

Sebuah rumah tangga juga demikian, jika suami tidak tahu posisi, tidak tahu hak dan kewajiban, begitu juga istri tidak tahu posisi, anak tidak tahu posisi, mertua tidak tahu posisi, maka akan seperti bangunan yang tidak diatur komposisi bahan-bahan pembangunnya, ia akan segera ambruk. Begitu juga jika mertua tidak pandai-pandai jaga diri, misal dengan mengintervensi langsung pada manajemen rumah tangga anak, maka sang mertua sebenarnya tengah mengaduk-aduk rumah tangga anaknya sendiri.

Seorang pemimpin hanya akan jadi pemimpin jika ada yang dipimpin. Artinya, jangan merasa lebih dari yang dipimpin. Seperti halnya presiden tidak usah sombong kepada rakyatnya, karena kalau tidak ada rakyat lalu mengaku jadi presiden, bisa dianggap orang gila. Makanya, presiden jangan merendahkan rakyat karena dengan adanya rakyat dia jadi presiden. Tidak layak seorang pemimpin merasa lebih dari yang dipimpin karena status pemimpin itu ada jikalau ada yang dipimpin.

Misalkan, istrinya bergelar master lulusan luar negeri sedangkan suaminya lulusan SMU, dalam hal kepemimpinan rumah tangga tetap tidak bisa jadi berbalik dengan istri menjadi pemimpin keluarga. Oleh karena itu, bagi para suami jangan sampai kehilangan kewajiban sebagai suami. Suami adalah tulang punggung keluarga, seumpama pilot bagi pesawat terbang, nakhoda bagi kapal laut, masinis bagi kereta api, sopir bagi angkutan kota, atau sais bagi sebuah delman.

Sebagai seorang pemimpin, suami pun harus berpikir bagaimana mengatur bahtera rumah tangga agar mampu berkelok-kelok dalam mengarungi badai gelombang agar bisa mendarat bersama semua awak kapal untuk menepi di pantai harapan, yaitu surga. Karenanya seorang suami harus tahu ilmu bagaimana mengarungi badai, ombak, relung, dan pusaran air, supaya selamat tiba di pantai harapan. Tidak ada salahnya ketika akan menikah kita merenung sejenak, ''Saya ini sudah punya kemampuan atau belum untuk menyelamatkan anak dan istri dalam mengarungi bahtera kehidupan hingga bisa kembali ke pantai pulang nanti?

'' Menikah bukan hanya masalah mampu cari uang, walau ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat, tapi ternyata tidak shalat, sungguh sangat merugi. Ingatlah karena kalau sekedar cari uang, harap tahu saja bahwa garong juga tujuannya cuma cari uang, lalu apa bedanya dengan garong? Hanya beda cara, tapi cita-citanya sama.

Buat kita cari nafkah itu termasuk dalam proses mengendalikan bahtera. Tiada lain supaya makanan yang jadi keringat statusnya halal, supaya baju yang dipakai statusnya halal, atau agar kalau beli buku juga dari rejeki yang statusnya halal. Hati-hatilah, walaupun di kantong terlihat banyak uang, tetap harus pintar-pintar mengendalikan penggunaannya, jangan main comot saja.

Seperti halnya ketika mancing ikan di tengah lautan, walaupun nampak banyak ikan, tetap kita harus hati-hati, siapa tahu yang menyangkut di pancing adalah ikan hiu yang justru bisa mengunyah kita, atau tampak manis gemulai tapi ternyata ikan duyung. Ketika ijab kabul, seorang suami harusnya bertekad, ''Saya harus mampu memimpin rumah tangga ini mengarungi episode hidup yang sebentar di dunia agar seluruh anggota awak kapal dan penumpang bisa selamat sampai tujuan akhir, yaitu surga.

'' Bahkan, jika dalam kapal ikut penumpang lain, misalkan ada pembantu, keponakan, atau yang lainnya, maka sebagai pemimpin tugasnya sama juga, yaitu harus membawa mereka ke tujuan akhir yang sama, yaitu surga. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu'' (QS At-Tahriim: 6). Semoga kita bisa menjadi pemimpin ideal, yaitu pemimpin yang bersungguh-sungguh mau memajukan setiap orang yang dipimpinnya. Siapapun orangnya didorong agar menjadi lebih maju. Wallahu a'lam bish-shawab.
KH Abdullah Gymnastiar
baca selengkapnya......

Senin, 31 Agustus 2009

Sebuah Prinsip

Penulis : Kang Eno
Ciri bahwa Allah ridha kepada seorang hamba adalah Allah memberikan rasa sakinah (ketenangan) dalam jiwa seorang hamba, hatinya merasa tegar, ajeg, mantap dengan apa pun kejadian yang Allah berikan, meskipun kejadian itu kelihatannya tidak wajar atau hina dalam pandangan makhluk.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2 : 216).
Seorang sahabat pernah curhat kepada saya, sebut saja namanya Azmi (nama samaran). Tahun kemarin, Azmi mengikuti UN SMA 2008. Saat pelaksanaan UN, teman-teman, guru, dan keluarganya menyarankan untuk mengikuti aturan-aturan tidak lazim yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu harus kerja sama dengan sesama siswa saat pengisian lembar jawaban soal-soal UN, tentunya dibantu dengan guru-guru, tetapi Azmi tidak mau mengikuti aturan itu karena Azmi berkeyakinan bahwa hal itu tidak benar, bahkan berdosa.
Singkat kata, tibalah waktunya pengumuman kelulusan UN, dan ternyata Azmi benar-benar tidak lulus, sementara teman-temannya pada lulus. Guru dan teman-temannya datang ke rumahnya untuk memberikan motivasi supaya tidak putus asa dengan ketidaklulusannya.
Ketika menemui dan bincang-bincang dengan Azmi, teman-temannya sangat kaget dan terharu, ternyata Azmi sangat tegar, tidak mengeluh, bahkan ia berkata kepada teman-temannya, ”Prinsipku, apa pun yang terjadi, yang penting Allah ridha dengan jalanku, meskipun harus menelan kenyataan pahit."
Setelah mendengar kata-kata dan prinsip Azmi, teman-temannya yang awalnya ingin memotivasi Azmi supaya tegar, tidak bersedih, justeru sebaliknya, teman-temannyalah yang menjadi terharu, menangis, merasa lemah dengan dirinya sendiri, dan mengacungkan jempol merasa salut dengan prinsip dan kebenaran keyakinan yang dipegang Azmi.
Menurut informasi yang saya dapatkan, sekarang saudara kita ini sedang mengabdikan diri di rumah autis, rumah teraphis bagi anak-anak special need(autis) yang berada di wilayah Jakarta. Semoga Allah SWT memberikan keistiqomahan iman, islam padanya. Amiin..
Hikmah yang bisa diambil, selama jalan yang kita tempuh berada di jalur yang benar dan ada dalam ridhaNya, maka janganlah merasa takut dengan apa pun kenyataan (hasil) yang terjadi, karena Allah pasti akan melindungi dan memulyakan kita.
Wallahu a’lam bishshawab.


Supaya lebih berwarna, goresan ikut nebeng juga nich:

Tak Terbalaskan
Seandainya jalanku ini merangkak
Seandainya aku bisa menyulap semeru menjadi permata
Seandainya aku mengerahkan semua yang aku punya

Untuk membalas semua budi baikmu
Untuk membalas semua jasamu
Sungguh tak kan bisa terbalaskan
Takkan pernah bisa

Sementara ridhaNya ada pada ridhamu
MurkaNya ada pada murkamu
Maafin aku, ya Ummi wa Abi
Hanya do'a yang bisa kupanjatkan
Semoga Allah mengampuni dan merahmatimu

Aamiin...
baca selengkapnya......

Kecelakaan itu, Menguatkannya

Penulis : Agus Triningsih (kotasantri.com)
Suatu malam di tahun 2001, sekitar pukul 23.00 WIB, ia pulang dari tempat kerjanya, seperti biasa. Ia memang bekerja malam, karena paginya ia juga menjadi mahasiswa di salah satu universitas swasta di Pontianak. Malam itu, ia mengendarai motornya dengan kecepatan normal, 50-70 km/jam. Jalanan malam memang sepi. Wajar, jika beberapa pengemudi kendaraan seringkali menaikkan kecepatan kendaraan mereka. Hanya ada beberapa kendaraan yang ditemuinya. Hingga kemudian secara mendadak sebuah mobil sejenis JEEP yang datang dari arah berlawanan menabraknya. Tak sama sekali bisa mengelak.Motornya nyangkut di bawah bemper mobil depan. Malangnya, sopir mobil tersebut tak sama sekali menghentikan kemudinya. Ternyata sopir tersebut tak menyadarinya dan baru tersadar ketika beberapa orang yang mengetahui kejadian tersebut (mereka tahu karena terdengar suara gesekan yang sangat keras, antara besi-besi motor dan aspal jalan) mengejar mobilnya dan meneriakinya agar berhenti.Miris banget!! Mobil itu baru benar-benar berhenti sekitar 600 meter dari tempat kejadian awal. Bayangkan?! Ia dan motornya terseret sejauh 600 meter! Situasi pun menjadi ramai, karena tempat kejadian memang dekat dengan pemukiman masyarakat. Masyarakat pun memberikan beberapa pukulan terhadap sopir tersebut, tapi selidik punya selidik, ternyata sopir tersebut dalam kondisi mabuk. Syukurnya, masyarakat masih mempunyai ”maaf” untuk sang sopir. Proses ”penghakiman masa” itu lalu dilanjutkan ke kantor polisi. Tapi masyarakat yang masih terbakar amarah lalu beramai-ramai membakar mobil tersebut. Hangus dan tamatlah riwayat kendaraan beroda empat yang tak tau diri itu. Lalu bagaimana dengan kondisinya? Dengan kondisi kecelakaan yang sedemikian hebat, masyarakat bahkan mengira ia telah meninggal, jika tidak mungkin ia akan meninggal di RS. Tetapi Allah membuktikan kekuasaanNYA. Ia selamat, darah hanya ke luar dari luka terparahnya, di bagian tungkak kaki yang tertimpa motor dan bergesekan dengan aspal sejauh 600 meter. Bagian lainnya tak sama sekali mengalami luka luar. Kepalanya aman karna terlindungi oleh helm gandanya. Sementara punggungnya yang bergesekan dengan aspal hanya mengalami luka gores karena juga terlindungi oleh jaketnya yang tebal. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dalam kondisi yang tak sadar dan baru sadar 3 hari kemudian. Tapi ia tak sama sekali dapat menggerakkan anggota tubuhnya kecuali mata, lidah, dan kedua bibirnya. Meski hanya sebelah kakinya yang patah, operasi pun dilakukan, untuk memasang pen di kakinya. Ia diizinkan pulang dari RS sekitar 2 pekan kemudian. Ia lalu menjalani rawat jalan di rumahnya. Tapi sebulan kemudian, selama sepekan ia harus dirawat kembali di RS, karena luka kakinya mengalami pendarahan hebat. Setelahnya ia kembali dirawat di rumah, dengan kondisi lumpuh total selama 2 tahun. Ia kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya, kehilangan pekerjaannya, bahkan ia kehilangan ’dunia mudanya'. Sekian lama ia merasa sepi, hanya ada ibunya yang setiap saat selalu menemaninya, demikian juga dengan keluarga kandungnya yang lain. Awalnya teman-temannya masih sering mengunjunginya, tapi lambat laun mereka justru tak pernah datang kembali, sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.Awalnya ia merasa sulit menerima semuanya dan selalu merasa sendiri dalam ketidakberdayaannya. Perasaan kecewa, sedih, dan menyesali keadaan menemani hari-harinya selama beberapa bulan. Tapi kemudian ia justru merasakan kasih sayangNya. Ia merasakan sentuhan-sentuhanNya dalam kehidupannya. Ia merasa bahwa Allah semakin dekat di hatinya. Lalu ia pun semakin tunduk terhadap ketentuanNya. Hari-harinya kemudian penuh dengan ketawadhuan dan kekhusyuan ibadah kepadaNya. Ia semakin sering menghabiskan waktunya dengan bacaan-bacaan Islami. Sesuatu yang sebelumnya sangat jarang ia lakukan. Kian hari motivasinya untuk sehat semakin kuat. Ia semakin optimis untuk kembali bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya seperti sedia kala.Setiap hari setiap waktu, ia berusaha menggerakkan kaki dan tangannya. Mengikhtiarkan dengan sepenuh hati dan sepenuh harapan terhadapNya. Meski awalnya tampak mustahil, tak ada respon sama sekali dari tubuhnya. Semua begitu sulit untuk digerakkan. Tapi 2 tahun setelah itu, sedikit demi sedikit jari-jari tangan dan kakinya mulai bisa digerakkan. Ia bersyukur dan semakin yakin bahwa suatu saat ia juga akan mampu menggerakkan semuanya. Hari ke hari ia terus mencoba dan mencoba. Hingga sekitar 5 tahun setelah peristiwa itu, Allah mengizinkannya kembali berjalan menapaki bumi. Meski masih dengan menggunakan kruk dan tak sesempurna dulu. Tapi itu sebuah prestasi yang luar biasa! Sebuah prestasi atas kesabarannya. Sebuah prestasi atas harapannya yang tak pernah pupus. Sebuah prestasi atas ”nrimonya" terhadap ketentuannya. "Abang menyesali semua keadaan tersebut?", "Tidak sama sekali, justru abang mensyukuri semuanya, ada banyak hikmah yang Allah bentangkan. "Abang gak membenci sopir itu?","Tidak sama sekali, sejak lama abang sudah memaafkannya. Semua sudah ditentukanNya. Jadi tidak seharusnya ada yang disalahkan."Ia adalah sahabat saya. Tempat saya berkaca diri. Lelaki yang begitu kuat dan tegar. Lelaki shaleh. Lelaki yang kesabarannya tak berbatas. Saya mengenalnya dari sebuah radio dakwah.Kami sama-sama menyukai salah satu program radio tersebut, Pena Muda. Sebuah program yang membuat pendengarnya aktif menulis, terutama puisi Islam. Dan ia adalah salah satu pendengar yang aktif membacakan puisi-puisinya. Sebelum mengetahui kisah hidupnya, seringkali puisinya membuat saya menangis, karena memiliki makna yang begitu dalam. Alhamdulillah kemudian Allah mempertemukan saya dengannya. Saya dan beberapa teman mengunjunginya (karena fisiknya, hingga kini ia masih belum beraktifitas di luar rumah), lalu ia menuturkan kisahnya dengan begitu tegar.Sejak saat itu, setiap kali mengingatnya, saya merasa tertampar. Sebab oleh nikmat sehat yang sering terlewatkan begitu saja. Sebab oleh jarang mensyukuri pemberian dariNya. Sebab oleh ibadah saya yang jauh dari sempurna meski tak ada kondisi fisik yang membatasinya. Sejak saat itu, saya kembali meyakini bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah sekedar titipanNya, dan setiap kita harus siap jika kemudian titipan itu kembali diambilNya.
Semoga Allah senantiasa menguatkan akar keimanan kita. Agar kita mampu menghadapi segala sesuatu yang tak sama sekali kita inginkan. Amin.

Aku berjalan mengitari cakrawala
Bawa seratus luka, kantongi sejuta bintang
Ku daki jurang terjal di antara seribu bunga bertabur duka
Saksikan segudang peristiwa, membasuh pedih dengan selaksa airmata

Tuhan, dengan angin, hembuskanlah nafas kekuatan
Agar bisa kupecahkan karang belenggu pada ranting-ranting yang rapuh
Kabarkanlah do'a, yang dengannya ku buka 7 pintu langitMu
Dan akan ku masuki bingkai ruang bertabur cinta
Dengan aroma keharuman malaikat subuh
Merajut bahagia berbenang do'a dalam rangkaian hari-hari dengan satu harapan
Bunga yang ku tanam di kening pagi, ku harap mekar di dada siang
Dan akan ku petik hingga waktunya di kaki senja nanti

(Oleh Dia, 22 Februari 2009)
Memory, 14 Ramadhan 1429 H
baca selengkapnya......

Yang Masih Selalu Ada

Penulis : Agus Triningsih (kotasantri.com)
Namanya mas Pras. Dia teman sekantor saya. Sudah setengah tahun dia mutasi ke kantor saya, tapi saya baru merasa dekat dengannya 3 bulan terakhir ini. Itu pun karena urusan pekerjaan mengharuskan komunikasi di antara kami. Komunikasi kami seringkali hanya melalui vasilitas YM (Yahoo Messenger) yang tersedia di meja kerja kami masing-masing. Orangnya terlalu pendiam. Dan saya, paling sulit dan enggan memulai komunikasi dengan orang-orang baru di sekitar saya.

Beberapa waktu terakhir, kami mulai saling berbagi untuk beberapa hal. Hal-hal ringan di luar pekerjaan tentunya. Kadang saya atau pun mas Pras memulainya dengan gurau-gurauan ringan di sekitar kami. Belakangan saya baru tahu, ternyata mas Pras cukup humoris dan terbuka. Saya merasa mas Pras sangat ’care’ dengan saya dan dengan orang-orang di sekitar kami.

Akhirnya, kini saya mengganggap mas Pras sebagai abang bagi saya, bagian dari keluarga saya, orang yang saya hormati, dan juga saya segani. Begitu juga sebaliknya, mas Pras memposisikan saya seperti itu. Tempo hari, saya pernah berbagi tentang rencana pernikahan saya, mas Pras juga berbagi tentang rencana yang sama. Lalu sayalah yang akhirnya lebih dulu menikah dengan laki-laki yang kini sangat saya cintai dan saya kagumi. Dan mas Pras sendiri baru akan menikah di akhir tahun ini. Bukan karena ’materi’ yang menghalanginya, tapi karena faktor ’kesiapan’ dari calon istrinya.

Kira-kira 2 minggu setelah pernikahan saya, ada masalah yang cukup mengganjal di hati saya. Saya dan suami diminta untuk segera pindah dari rumah yang kini saya tempati. Itu artinya saya harus dengan segera mencari rumah baru, seminimalnya rumah kontrakan yang bisa kami tempati berdua. Tetapi setelah lama mencari, kami mendapatkan rumah tinggal yang cukup luas untuk kami berdua dan anak-anak kami nantinya, sebuah rumah dengan dua buah kamar yang terletak di pinggiran kota. Dari hasil negoisasi dengan si empunya rumah, kami bisa memilikinya dengan harga 80 juta. Kami sepakat untuk membeli rumah tersebut, dan baru akan melakukan transaksinya sepekan kemudian. Sejujurnya kami tak memiliki tabungan sebanyak itu, maka sudah pasti kami harus mencari pinjaman, meski belum tergambar dengan jelas ke mana kami harus mencari pinjaman sebesar itu. Meminjam ke bank? Terlalu rumit urusannya.

Beberapa hari setelah itu, saya YM-an dengan mas Pras, ingin berbagi kembali. Ya, hanya ingin sekedar berbagi, hanya ingin sekedar mengurangi beban hati. Lalu dengan sedikit sungkan dan segan, saya pun membaginya. Dan tahukah? Betapa tak pernah saya bayangkan sebelumnya, dengan mudahnya dan tanpa ba...bi..bu.. lagi, mas Pras menawarkan pinjaman 80 juta tersebut. Seketika itu saya menangis. Bayangkan saja, mas Pras dengan rela meminjamkannya tanpa kesepakatan apa pun. Dengan bijaksananya ia katakan, "Gunakan saja dulu, dan silahkan kembalikan jika sudah ada rizkinya." Ketika saya katakan bahwa mungkin saya dan suami hanya bisa membayarnya dengan cicilan dan mungkin baru akan lunas 8-10 tahun ke depan. Dengan sangat baiknya Mas Pras katakan, "Gak apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan. Mohon do'akan saja agar mas segera bisa menyusulmu ya. Do'akan agar semua rencana Mas terlaksana dengan lancar."

Keesokan harinya mas Pras langsung mentransferkan uangnya ke rekening saya. Maka, hilanglah sebuah beban itu. Sungguh mas Pras adalah pahlawan bagi kami. Saya takjub dengan kebaikannya. Bayangkan saja, dia sangat sederhana, belum menikah, belum memiliki rumah pribadi, belum memiliki kendaraan pribadi, dan usianya belum genap 25 tahun. Dan uang itu belum tentu kembali dalam 8 tahun ke depan. Bagi orang-orang seusianya, tentu akan banyak pertimbangan, paling tidak uang itu akan mereka gunakan untuk biaya pernikahan, ataupun untuk rencana-rencana lain di masa depan. Jika pun mereka meminjamkan, mungkin gak lebih dari 50%-nya atau bahkan kebanyakan dari mereka akan menolak, "Maaf, saya gak bisa bantu karena saya juga sedang membutuhkannya."

Mungkin ada yang mengira kalau kebaikan-kebaikannya itu hanya karena kedekatan saya dengannya?

Ceritanya gak hanya sampai di situ. Sekitar satu bulan setelah pinjaman itu, teman suami saya akan melahirkan. Tetapi karena ada kelainan pada kandungannya, maka dokter memutuskan bahwa istrinya harus dioperasi. Gak ada arternatif lain. Untuk semua proses itu, seminimalnya harus mengeluarkan biaya 5 juta rupiah, belum termasuk biaya rumah sakit, obat, dan lain-lain. Saat itu, teman suami saya tidak mempunyai dana yang cukup untuk semua biaya tersebut, bahkan sangat jauh dari cukup. Sedangkan tanpa uang sejumlah itu, istrinya tidak akan bisa segera dioperasi, dan itu artinya istrinya harus menunggu hingga suaminya memiliki uang yang cukup. Lalu suami saya dan teman-teman lainnya berinisiatif mengumpulkan uang sukarela untuk membantunya. Karena waktu itu akhir bulan, maka uang yang terkumpul hanya 1 juta lebih sedikit. Tentu saja belum mencukupi.

Dan kembali. Saya kembali membagi cerita itu ke mas Pras, masih melalui YM kami. Apa tanggapan mas Pras? "Wah, maaf banget ya. Mas bisa bantu, tapi gak bisa bantu banyak. Mas cuma bisa bantu 3 juta. Ke rekening mana harus ditransfer? Mas akan transfer segera. Semoga ibu dan bayinya sehat dan selamat."

Subhanallah. Untuk kedua kalinya saya takjub dengan kebaikannya. 3 juta itu mas Pras berikan sebagai infaq, bukan pinjaman. Padahal mas Pras sama sekali gak mengenal teman suami saya. Dan lantaran 3 juta tersebut, istri teman suami saya itu bisa segera dioperasi dan alhamdulillah keduanya sehat dan selamat.

Saya yakin, masih banyak kedermawanan mas Pras lainnya yang tidak saya ketahui. Dan dua cerita tadi hanyalah sebagian kecil kisah-kisah ’hero’ lainnya dari seorang Prasetyo Pambudi, ST.

Pada kesempatan yang lain, saya coba menanyakan padanya, apa motivasi atas kedermawanannya itu? Lalu dengan kesahajaannya, mas Pras katakan, "Ya, uang itu kan titipan dariNYa toh? Berat juga kalau dititipi banyak-banyak. Daripada begitu, mending dibagi aja kan? Karena pasti ada hak orang lain pada rizki yang mas dapatkan dariNya."

Mas Pras bukan terlahir dari keluarga kaya. Bukan juga dari keluarga miskin. Ikhtiar dan didikan orangtuanya menjadikan ma Pras ’hebat’ seperti sekarang. Saya gak tahu pasti berapa gaji bulanannya, tapi mungkin tidak kurang dari 4 juta perbulan, belum ditambah bonus-bonus lainnya. Saya pikir, ada banyak orang yang mempunyai penghasilan bulanan yang lebih besar darinya, baik di kantor saya maupun di tempat kerja lainnya, tapi TIDAK banyak orang yang seperti mas Pras.

Saat ini mas Pras sedang ada di Perancis. Kantor pusat kami mengutusnya untuk mengikuti sebuah training internasional selama beberapa pekan. Suatu kesempatan yang tentu saja sangat jarang menyapa setiap kita. Dan saya yakin, kesempatan yang mas Pras dapatkan adalah salah satu tanda keberkahanNya dan balasan dariNya atas segala kebaikan dan kedermawanannya. Saya berharap, masih banyak mas Pras-mas Pras lainnya yang bertebaran di bumi ini, seseorang yang senantiasa ada, di saat yang lain tiada.

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 261).

Allah berfirman, "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki." (QS. Saba : 39).
baca selengkapnya......